Hari kamis tgl 25 april 2013, ketika memulai rutinitas seperti biasa, dimulai keluar dari kosan, dengan tujuan untuk kerja yang akhir-akhir ini mulai membosankan. rasa malas bercampur dengan suasana hari itu, teriknya matahari, padatnya orang yang lalu lalanng dan macetnya lalu lintas, seakan-akan mendukung keadaan malas yang saya rasakan. saat melewati jalan Ahmad yani, tidak seperti biasa jalan ini begitu ramai dipenuhi orang-orang ,polisi lalu lintaspun begitu sibuk sama sibuknya saat-saat mau hari lebaran. sebagian ruas-ruas jalan ditutup,ditambah suara bising alunan musik etnik membahana. diamati dari kejauhan terlihat seperti adanya sebuah pagelaran budaya, rasa penasaran bertambah ketika semakin dekat dengan sumber kebisingan itu, dan ternyata perkiraan ini tidak salah, disini di jalan Ahmad yani sedang berlangsung pagelaran seni dan budaya dalam rangka memperingati milad 2abad kabupaten Garut. pagelaran seni budaya ini sangat beragam, dan meriah, memperlihatkan betapa kayanya seni budaya sunda yang ada. tontonan ini mampu mengilangkan rasa malas yg sebelumnya menghinggap, serasa sirna digantikan rasa kagum dan bangga menjadi masyrakat asli sunda.
bukan hanya garut yang unjuk kebolehan mempertunjukan seni budaya hasil kreasi lokal, tapi dari beberapa kota/kabupaten yang ada di jawa baratpun ikut serta memeriahkan acara pagelaran ini, jika dilihat secara seksama, konsep acara ini cukup unik ; dengan dua stage yang saling bersebrangan, stage yang pertama diatasnya diisi oleh para seniman yang ahli dalam bidang seni musik, ditambah dengan instrumen2 yang tak sedikit memakan tempat di stage, dengan beberapa orang yang mengatur acara/ jalannya pertunjukan, stage yang kedua dipenuhi dengan tokoh-tokoh pemerintahan garut, stage ini berbeda dengan stage yang tadi, stage ini lebih memanjang, bukan hanya tempat para tokoh pemerintahan seperti : bupati Garut, Setda Garut dsb, tapi juga merupakan sebagian tempat bagi para penonton, dan media masa.
satu persatu secara bergiliran pertunjukan seni ditontonkan, mulai dari karya Garut yang menjadi pertunjukan pertama, disusul dengan karya-karaya seni dari kota/kabupaten lain, masing-masing dari mereka mempertontonkan kreasinya yang unik dan berbeda satu sama lainnya, sangat beragam dan meriah, bukan hanya memperkenalkan seni budaya sunda antar daerah, tapi juga memperkenalkan budaya dari luar jawa barat, seperti budaya dari irian barat, penorogo, maluku, sulawesi,dll. pertunjukan ini berlangsung diantara kedua stage, dan berjalan memanjang diiringi suara musik etnik yang khas. sempat terpikir dalam otak ini ingin ikut serta menjadi bagian dari mereka. paling tidak bisa eksis foto-foto bareng mereka, tp apa daya karena saya jalannya sendiri, gak da yg nemenin, akhirnya pasrah, dan pulang tanpa kesan fisik.
dari rencana kepulangan inilah mulai beberapa permasalahan ditemui, yaitu bingung ketika jalur angkot yang seperti biasa sesuai dengan porosnya malah dipindahkan, beberapa ruas jalan ramai ditutup, sehingga butuh waktu lagi dan usaha jalan kaki lagi, untuk cari angkot yang akan di tumpangi. , kemacetan pun semakin parah, karena jalur angkot dipindahkan keruas jalan yang sempit. bahkan kendaraan-kendaraan pribadipun kalang kabut sibuk mencari-cari jalan yang pas, biasanya bebas memakai jalan yang mana aja yang sesuai keinginan, ini disatukan dengan kendaraan-kendaraan umum seperti angkot, ditambah lagi pengendara sepeda motor yang mendominasi jalanan.otomatis sekitar 80% waktu kehidupan dihabiskan di jalanan.
ternyata kemeriahan yang tadi disaksikan berbanding lurus dengan kekacauan yang ada, dan
kebahagiaan masyarakat yang td didapat, tidak berbanding lurus dengan kekecewaan yang didapat ketika mulai beranjak pulang.
dari keadaan ini harusnya garut berbenah diri, walapun kemeriahan ini diadakan hanya satu kali setahun, tapi mana mungkin kemacetan harus kita alami juga. jangan dikira pertumbuhan pemakaian kendaraan gitu-gitu aja, justru pertumbuhan pemkaian kendaraan semakin bertambah. pemerintah daerah harusnya berpandangan ke depan dan mempunyai solusi, ke arah garut yang lebih baik. kalau bisa setiap pagelaran seni budaya ini jangan memakai ruas jalan KTL (kawasan tertib lalu lintas) seperti sebagian jln Ahmad yani ini, alangkah baiknya di gelar di tanah lapang yang luas, yang lebih terbuka, jika pemerintah ingin mendapakan kemeriahan yang luar biasa terus memakai jalan ditengah kota, itu bukan alasan yg tepat. karena pagelaran ini cuman memakan waktu yang tidak lama. jika pagelaran diadakan di ruas jalan tertib lalu lintas, walaupun waktu pagelarannya tidak lama tapi dampak negatif yang ditimbulkan begitu besar dan begitu terasa dirasakan. Tapi jika konsep pagelaran ini diadakan di tanah lapang selain jalan, tidak menutup kemungkinan akan meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari event tersebut. Bayangkan jika ini dibiarkan, pagelaran dalam rangka memeriahkan milad kabupaten Garut tahun depan dan seterusnya, dampaknya akan lebih kacau, karena volume pemakaian kendaraan bermotor kedepannya akan lebih meningkat dibanding yang sekarang. wallahu a'lam bish-shawab
0 Comments